Wednesday, November 24, 2010

Globalisasi Terorisme: 6 Tahun Tragedi 11 September


Term of Reference
 
 


Diskusi Publik
Globalisasi Terorisme: 6 Tahun Tragedi 11 September

Salah satu tersangka pelaku serangan ke World Trade Centre (WTC) pada 11 September 2001 di Amerika Serikat, Khalid Sheikh Mohammed, tiba-tiba mengejutkan dunia dengan pengakuannya, bahwa dia bertanggungjawab atau otak di balik tersebut dan juga terlibat dalam merencanakan 30 serangan teroris sejak 1993 di pelbagai belahan dunia (Kompas, 16/03/2007). Pengakuan ini penting bagi kelanjutan perang dunia melawan terorisme. Pengakuan ini juga kembali menegaskan bahwa jaringan terorisme memang telah masuk ke dalam sistem globalisasi dimana batas-batas teritorial negara menjadi kurang relevan.
Sejak tahun 2001, serangan teroris menjadi sangat marak dan berlangsung di negara-negara yang berbeda. Serangan itu berlangsung dalam intensitas yang sangat tinggi, sehingga setiap hari media massa dapat menayangkan peristiwa teroris di mana-mana. Sebelumnya, fenomena terorisme memang telah muncul tapi tidak sefenomenal saat ini. Pertanyaannya, kenapa terorisme muncul begitu marak saat ini dan menyebar di seluruh dunia?
Jika betul bahwa Khalid Sheikh Mohammed adalah otak di balik pelbagai serangan teroris tersebut maka dia memang adalah salah satu anggota inti Al-Qaedah di seputar Osama bin Laden dan Ayman al-Zawahiry. Al-Qaedah adalah organisasi yang mengaku bertanggungjawab atas serangkaian serangan teroris paling dahsyat di banyak negara, seperti serangan 11/9, bom London, bom Madrid, bom Bali dan sebagainya.
Penyebaran serangan teroris di seluruh dunia, apalagi dengan sebuah koordinasi yang rapi dan sistematis, tidak hanya mengerikan, tapi juga memberi tanda bahwa terorisme telah masuk dalam jaringan globalisasi. Terorisme bahkan bisa disebut sebagai salah satu indikator globalisasi itu sendiri.
Globalisasi adalah sebuah sistem dunia yang semakin menegaskan wujudnya pasca Perang Dingin. Jika pada masa Perang Dingin dunia ditandai oleh pembagian wilayah yang jelas antara blok Barat (kapitalis), blok Timur (komunis) dan non-blok (negara-negara berkembang), maka globalisasi ditandai oleh integritas dunia melalui jaringan informasi dan penemuan teknologi transportasi yang semakin mengaburkan batas-batas wilayah teritorial. Perang Dingin ditandai oleh adanya batas wilayah, sementara globalisasi muncul menghancurkan batas, dunia malah dihubungkan dalam jaringan besar tanpa batas.
Pada titik ini, terorisme masuk ke dalam jaringan globalisasi dengan sangat baik. Mereka menggunakan semua fasilitas globalisasi dengan teliti dan muncul sebagai kekuatan yang menyeramkan. Itulah sebabnya, terorisme bisa muncul di pelbagai tempat yang berbeda dalam waktu yang hampir—bahkan—bersamaan.
Terorisme juga memberi definisi yang baru terhadap musuh negara dalam globalisasi. Jika pada era sebelumnya musuh negara adalah negara lain, seperti Amerika Serikat bermusuhan secara jelas—yang oleh karenanya saling mengancam—dengan Uni Soviet, maka globalisasi, melalui terorisme, membuktikan bahwa musuh negara bisa jadi adalah satu individu atau sekelompok orang. Osama bin Laden dan kelompoknya menjadi musuh utama Amerika Serikat saat ini, dimana pemerintah Amerika Serikat bisa mengeluarkan anggaran dan memuntahkan banyak amunisi untuk menghabisi Osama dan pengikutnya, anggaran dan amunisi yang jumlahnya sama dengan yang digunakan untuk memerangi negara lain di masa lalu.
Ciri lain dari globalisasi adalah bahwa setiap persoalan tidak lagi bisa dipandang dari sudut pandang tertentu, melainkan selalu memiliki keterkaitan dengan persoalan lain di tempat-tempat lain. Fakta bahwa terorisme, baik dari Islam maupun komunis, sekarang menjadikan Amerika Serikat sebagai musuh utama adalah sesuatu yang tidak berdiri sendiri, lalu serta merta disimpulkan bahwa memang ada kebencian esensial dari para teroris kepada AS. Fakta yang lain harus diungkap untuk mendukung analisa terorisme itu sendiri. Fakta itu bisa berupa doktrin maupun asal usul sosial, politik dan ekonominya.

Contoh yang paling populer bisa digunakan di sini, al-Qaedah. Al-Qaedah adalah sebuah organisasi masyarakat dunia yang menganut Islam dengan penekanan pada ajaran Wahhabisme. Wahhabisme atau wahhabiyah adalah ideologi yang dilahirkan oleh Muhammad bin Abd Wahhab pada akhir abad ke-18 di Jazirah Arab. Jalan kekerasan yang diterapkan oleh al-Qaedah adalah salah satu ciri utama doktrin teologis kaum Wahhabi yang sekarang menguasai Arab Saudi.Teologi Wahhabi telah menyebar ke seantero dunia, dan disinyalir telah dianut oleh sekitar 10% pemeluk Islam dunia. Wahhabisme merupakan pendukung utama kekuasaan keluarga Saudi di Arab Saudi. Paham inilah yang melandasi semua kebijakan otoriter keluarga Saudi yang akhirnya menempatkan Arab Saudi pada jajaran negara-negara yang paling banyak membelenggu kebebasan warganya.

Paham Wahhabi juga dianut oleh kelompok Taliban di Afganistan. Selama berkuasa (kurang lebih 3 tahun), razim Taliban menyebar teror bagi warga Afganistan. Tidak terhitung nyawa yang melayang pada masa kekuasaan Taliban. Pada masa kekuasaan Taliban, rakyat Afganistan dibelenggu sedemikian rupa, jangankan kebebasan berpendapat, beragama dan emansipasi perempuan, mengukuti perkembangan informasi saja, seperti televisi dan radio, tidak boleh.

Jaringan al-Qaedah pimpinan Osama bin Laden, organisasi pendukung utama Taliban, juga menggunakan teologi Wahhabi untuk melancarkan aksi terornya di seluruh dunia. Yang mengejutkan adalah bahwa ternyata Arab Saudi adalah sekutu utama AS di Timur Tengah. Keluarga Osama bin Laden adalah mitra bisnis keluarga George W. Bush. Khaled Syeikh Mohammed adalah lulusan pendidikan Amerika Serikat. Taliban dan al-Qaedah adalah organisasi bikinan atau didanai oleh AS di awal-awal pembentukannya. Dengan alasan penyebaran kebebasan dan demokrasi, AS menyerang Irak dan mengancam Iran, tapi alasan yang sama tidak pernah dipakai untuk Arab Saudi, negara yang paling tidak bebas dan paling tidak demokratis di dunia.

Pilihan kekerasan yang diambil oleh FPI adalah bentuk nyata dari Wahhabisme yang sangat merusak citra Islam, bahkan bisa disimpulkan sebagai upaya pembusukan Islam dari dalam. Apakah Islam menjadi busuk oleh ulah FPI, Taliban, al-Qaedah dan Arab Saudi? Jelas, bahkan teramat jelas. Dengan latar belakang pemikiran inilah, Diskusi ini diselenggarakan.

No comments:

Post a Comment